Talempongterdiri dari berbagai macam ukuran dan memiliki nada yang berbeda-beda. Talempong biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian pertunjukkan atau penyambutan seperti Tari Piring, Tari Pasambahan, Tari Galombang, dan lain sebagainya. Dengan iringan musik dari talempong, suasana yang tercipta semakin terasa khas Minangkabau.
28 Musik tradisional talempong mengiringi pertunjukan teater tradisional. a. ludruk b. lenong c. randai d. bakaba e. wayang golek Jawaban: c 29. Tari piring dan tari galombang diiringi musik. a. gamelan b. talempong c. tifa d. salimpat e. sampek Jawaban: b 30. Talempong merupakan musik tradisional dari. a. Jawa Barat b. Sumatra Barat
Dilingkup kegiatan internal, UPBM juga sering menampilkan pementasan seni seperti tari galombang pasambahan, tari rantak, tari piring dan randai serta diiringi musik tradisional Minangkabau yang juga dimainkan oleh anggota. Seperti pada perhelatan Lustrum, UPBM Awards, penerimaan anggota baru, Minang Art Festival dan sebagainya.
Taripiring dan tari galombang diiringi musik. a. gamelan b. talempong c. tifa d. salimpat e. sampek . Latihan Soal Seni Budaya. Latihan Soal - SD/MI - SMP/MTs - SMA | Kategori : Seni Budaya ★ Ujian Semester 2 (UAS / UKK) Seni Budaya SMA Kelas 10. Tari piring dan tari galombang diiringi musik. a. gamelan b. talempong
Talempongdigunakan untuk mengiringi tarian tradisi Minangkabau, seperti Tari Piring, Tari Pasambahan, dan Tari Galombang. Selain itu,Talempong juga dimainkan untuk mengiringi arak-arakan dan menyambut tamu istimewa. Talempong dimainkan dengan diiringi akordeon, instrumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya.
Olehkarena itu talempong seringkali digunakan sebagai pengiring tari, pertunjukan dan penyambutan tamu. Tarian yang seringkali diiringi talempong ialah tari piring, tari pasambahan, tari alang suntiang pangulu dan tari gelombang. Talempong dapat juga dimainkan dengan alat musik lain seperti akordeon, saluang, gandang, sarunai dan instrumen
TARIGALOMBANG di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli TARI GALOMBANG di Uwan Musik Tradisional. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia!
Denganiringan alat musik yang kahas Minangkabau, yakni Talempong dan Saluang, Tari Piring mengundang decak kagum para penontonnya. Dalam perkembangannya, Tari Piring menjadi salah satu ikon Sumatra Barat, dan sering kali dikirim untuk berbagai misi kebudayaan ke luar negeri, demi memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya Sumatra Barat.
Jdw3p. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Piring, memadai dengan pukulan Rebana dan Gong sahaja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada penari untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada kebiasaannya, kumpulan Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong dan Gendang. Tari Piring diiringi oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu Takhian sai tiusung, Takhi pikhing khua belas, Seni budaya lappung, Dang sappai haga tekas jangan sampai ditinggalkan Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang Schizostachyum brachycladum Kurz. Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar. Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok menyisihkan napas. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memilhki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok. Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong berbentuk lingkaran dengan dialeter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya. Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si. Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano. Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa. Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang. Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan istilah Kaba. Kesenian Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang memiliki jenis dan spesifikasi tertentu. Rabab Darek, Rabab Piaman dan Rabab Pasisie merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup berkembang dengan wilayah dan di dukung oleh masyarakat setempat. Rabab Darek tumbuh dan berkembang di daerah darek Minangkabau meliputi Luhak nan Tigo sedangkan Rabab Piaman berkembang di daerah pesisir barat Minangkabau, yang meliputi daerah tepian pantai pesisir. Pesisir Selatan sebagai wilayah kebudayaan Minangkabau yang menurut geohistorisnya di klasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia yang cakupan wilayah tersebut sangat luas dan didaerah inilah berkembangnya kesenian Rabab Pasisia. Rabab Pasisia ditinjau dari aspek fisik pertunjukanya memiliki spesifikasi tersendiri dan ciri khas yang bebeda dengan rabab lainya. Terutama dari segi bentuk alat mirip, dengan biola secara historis berasal dari pengaruh budaya portugis yang datang ke Indonesia pada abad ke XVI melalui pantai barat Sumatra. Dalam rabab memiliki komposisi tersendiri tergantung kepada lagu yang diinginkan dengan memainkan lagu yang bersifat kaba sebagai materi pokok. Lagu yang lahir tesebut merupajan ide gagasan yang berasal dari komunitas masyarakat yang berbeda namun ada dalam daerah yang sama.
Jakarta - Pertunjukan tari selalu menjadi daya tarik dari suatu daerah, tak terkecuali tari piring. Tari piring berasal dari Sumatera Barat dan sering dijadikan sebagai ajang promosi dan pariwisata di kebudayaan piring adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan atribut piring. Secara tradisional tari ini berasal dari Solok, Sumatra dalam Kementerian Luar Negeri, tari piring dipopulerkan oleh Huriah Adam. Sama seperti halnya tari saman, pendet dan jaipong, tari piring juga dijadikan sebagai penyambutan tamu terhormat atau pembukaan upacara Tari PiringMenurut laman Kemendikbud, tari piring diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12. Saat itu, masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Awalnya, tari piring ini dijadikan untuk pemujaan masyarakat Minangkabau terhadap Dewi Padi atas hasil kedatangan agama Islam membawa perubahan pada kepercayaan dan konsep tari ini. Kini tari piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi justru dilakukan sebagai sarana hiburan seperti acara pernikahan atau upacara anak-anak di Kampung Berseri Astra Jorong Tabek menampilkan kesenian tari piring dan silat dalam acara Festival Kampung Berseri Astra bertema Pendidikan Kecakapan Hidup Melalui Kearifan Lokal di Kabupaten Solok, Sumatra Barat 28/4. Foto IstimewaGerakan Tari PiringTari piring juga disebut dengan tari kelompok yang dibawakan lebih dari dua penari. Ciri khas dari tari piring adalah para penari membawa piring di kedua tangannya, dengan permukaan piring menghadap ke piring ditarikan dengan gerakan-gerakan yang dinamis, lincah, energik dan bahkan terkesan akrobatik karena sering menampilkan gerakan-gerakan yang dalam buku 'Seni dan Budaya' karya Harry Sulastianto, dkk, gerakan-gerakan yang terdapat dalam Tari Piring antara lain gerak batanam bertanam, gerak manyabik menyabit, gerak mengirik mengirik padi, dan gerak baguliang berguling.Gerakan-gerakan tersebut merupakan gambaran peristiwa kegiatan masyarakat dalam bekerja. Tari piring diiringi oleh musik tradisional yang disebut talempong. Musik talempong terdiri atas enam buah talempong, satu buah gong kecil, satu buah tambua, satu buah botol dan sejenis tersebut dibunyikan dengan cara dipukul dengan alat pemukul yang disebut panokok, kecuali tambua yang dipukul dengan tangan dan kerincing yang dipukulkan ke Lantai Tari PiringTari piring dilakukan dengan pola garis lintasan tarian. Ada sekitar enam pola lantai dalam tarian ini yaitu spiral, baris, lingkaran besar, lingkaran kecil, vertikal dan horizontal. Masing-masing penari juga membentuk pola lantai bergerak maju dan mundur berdasarkan pola lantai vertikal dan bergerak ke samping dengan pola lantai penari tari piring umumnya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Penari mengenakan pakaian adat berwarna cerah dengan nuansa merah dan kuning keemasan lengkap dengan tutup kepala. Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] lus/pay
Home Cerita Pagi Minggu, 22 Agustus 2021 - 0500 WIBloading... Tampak salah satu momen pertunjukan tari piring. Ist A A A Tari piring adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan piring. Para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Gerakannya diambil dari langkah dalam silat Minangkabau atau ini dipopulerkan oleh Huriah Adam. Saat ini, tari piring dipertunjukkan untuk penyambutan tamu terhormat atau pembukaan upacara adat. Bersama dengan tari saman, pendet, dan jaipong, tari ini menjadi tarian populer Indonesia yang kerap ditampilkan di ajang promosi pariwisata dan kebudayaan tradisional, tari ini berasal dari Solok, Sumatera Barat. Menurut legenda awal kemunculannya, Tari Piring ini berfungsi sebagai tarian dalam upacara kesuburan. Tarian ini juga menjadi salah satu bentuk seni tradisional yang banyak sekali menyimpan nilai-nilai estetis yang cukup tinggi dan mengandung nilai-nilai kebudayaan leluhur yang sangat ini juga merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang masuknya agama Islam ke Minangkabau, tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua piring di atas dua telapak tangan. Penari mengayunkan piring dalam gerakan-gerakan yang cepat, diselingi dengan mendentingkan piring atau dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan para penari akan menari di atas pecahan-pecahan penari tari piring biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Para penari mengenakan pakian berwarna cerah dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan serta tutup ini diiringi oleh kombinasi alat musik talempong dan saluang. Tempo alunan musik awalnya lembut dan teratur, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi lebih dalam tari piring ini merupakan salah satu unsur penting untuk menjadikan tarian menjadi bentuk yang bermutu. Tari Piring ini bersumber dari beberapa gerakan, seperti, Gerakan dasar pencak silat, Gerakan alang babega, gerakan tupai bagaluik, gerakan bungo kambang, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu tari piring juga sering kali menggambil berbagai gerakan kehidupan sehari-hari, seperti, gerak bacamin, gerak basiang, gerak buai anak, gerak mangompu suto, gerak malunyah, gerak maiinjak piriang, gerak bagolek dan gerak manyemba lalok. cerita pagi kesenian tradisional lagu daerah tari piring sumatera barat Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 2 jam yang lalu 2 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu
Fungsi adalah sesuatu hal yang menyangkut tujuan pemakainan dalam pandangan luas dan universal. Fungsi berbagai aktivitas yang teinstitusi dalam masyarakat sebenarnya adalah untuk memenuhi keperluan-keperluan yang dikehendaki di dalam sebuah kebudayaan. Seperti dalam mekanismenya, teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi pranata-pranata dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu Lorimer et al, 1991. Di dalam analisis fungsi akan dijelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti negara, agama, keluarga, aliran, pasar, dan lain-lainnya. Demikian pula tari Galombang daalam kebudayaan Minangkabau, baik di Ranah Minang maupun wilayah rantaunya termasuk Kota Medan, memiliki fungsi- fungsi di dalam masyarakatnya. Fungsi kegiatan atau pertunjukan tari ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam kehidupan sosial dan budayanta. Kebutuhan itu dapat dipenuhi oleh praktik tari Galombang. Misalnya tarian ini memenuhi kebutuhan masyarakat Minangkabau di Kota Medan untuk memelihara tradisi dan adat istiadatnya. Selain itu masyarakat Minangkabau juga dalam konteks Kota Medan yang heterogen secara etnik, agama, golongan, dan lainnya, memerlukan jati diri atau identitasnya agar diakui dan dikenal sebagai orang Minangkabau. Seterusnya dalam upacara perkawinan adat Minagkabau akan menjadi lengkap dan sempurna jika disertai dengan tarian ini beserta musik pengiring, pepatah petitih, busana adat, bahasa Minangkabau, dan lain-lain. Untuk mengkaji fungsi tari Galombang di dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau di Kota Medan ini penulis menggunakan empat teori fungsi yang bagaimana fungsi tari Galombang pada masyarakat Minangkabau, terutama di Kota Medan. Agak berbeda dengan pendekatan yang lazim dipakai oleh para calon sarjana Etnomusikologi FIB USU, yang umumnya menggunakan teori fungsinya Merriam 1964, yang relevan dan lebih sesuai untuk mengkaji fungsi musik, maka dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori fungsi yang terutama digunakan dalam disiplin etnologi tari atau etnokoreologi. Adapun fungsi-fungsi tari Galombang dalam masyarakat Minangkabau di Kota Medan adalah sebagai berikut. Fungsi Tari Galombang Menurut Teori Radcliffe-Brown Seorang pakar fungsionalisme antropologi, yaitu Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkaitan erat dengan struktur sosial masyarakat. Dalam kenyataannya adalah struktur sosial itu biasanya akan hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap saat. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan suatu bahagian aktivitas kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal. Berdasarkan kepada teori fungsi Radcliffe-Brown ini, maka dalam kaitannya dengan tari Galombang pada upacara perkawinan adat Minangkabau dalam kebudayaan Minangkabau di Kota Medan, maka tari ini adalah salah satu aktivitas dari sekian banyak aktivitas etnik Minangkabau, yang tujuannya adalah untuk mencapai harmoni atau konsistensi internal. Tari Galombang dan musik iringannya adalah bahagian dari sistem sosial yang bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Secara internal, tari Galombang didukung oleh aspek tarian yang di dalamnya juga terdiri dari penari lelaki dan perempuan, busana, aksesoris, tata rias wajah, gerak-gerak dengan ragam dan polanya, pola lantai, makna gerak, dan seterusnya. tarian ini juga didukung oleh aktivitas musik, yang terdiri dari pemain musik pembawa melodi dan pembawa ritme. Antara tari dan musik terjadi integrasi pertunjukan yang kuat. Kemudian secara eksternal, tarian Galombang dan musik iringannya adalah berfungsi untuk memenuhi ibstitusi sosial lainnya yaitu perkawinan adat. tari dan musiknya menjadi bahagian penting dalam tatanan upacara perkawinan adat Minangkabau itu. Sementara perkawinan ini sendiri adalah isntutusi yang bertujuan atau berfungsi utama untuk melanjutkan generasi manusia Minangkabau. Kemudian dalam tataran yang lebih laus lagi, tari Galombang dan musik iringannya adalah bahagian dari kebudayaan Minangkabau, yang mendasarkan kebijakannya dalam adat. Seperti diketahui bahwa adat Minangkabau adalah berdasar kepada konsep adat basandi syarak, dan syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah, syarak mengata dan adat meakai. Artinya bahwa kebudayaan Minangkabau beradasrkan adat, dan dasar kebudayaan ini adalah wahyu Allah berupa ajaran-ajaran agama Islam. Jadi konsep, kegiatan, dan artefak tari Galombang, adalah bahagian dari adat dan kebudayaan Minangkabau secara umum. Demikian kira-kira fungsi tari Galombang menurut teori yang ditawarkan Radcliffe-Brown. Fungsi Tari Galombang Berdasarkan Teori Kurath Gertrude Prokosch Kurath yang mengemukakan adanya 14 fungsi tari dalam media percintaan, 3 sebagai media persahabatan atau kontak sesial, 4 sarana untuk perkawinan atau pernikahan, 5 sebagai pekerjaan atau matapencaharian, 6 sebagai media untuk sarana kesuburan atas pcrtanian, 7 sebagai sarana untuk perbintangan, 8 sebagai sarana untuk ritual perburuan, 9 sebagai imitasi satwa, 10 sebagai imitasi peperangaa, 11 sebagai sarana pengobatan, 12 sebagai ritual kematian, 13 sebagai bentuk media untuk pemanggilan roh, dan 14 sebagai komedian lawak. Dari empat belas fungsi yang dikemukakan oleh Kurath seperti di atas tersebut, maka salah satu fungsi tari Galombang yang paling utama adalah fungsinya sebagai sarana untuk perkawinan atau pernikahan. Dalam hal ini pernikahan dalam adat Minangkabau secara umum disebut maralek. Banyak tarian di dunia ini yang selalu berkait erat fungsinya dengan pernikahan atau pesta kawin. Dalam kebudayaan Melayu misalnya, tarian zapin atau tarian Rinjis-rinjis selalu dihubungkan dengan perkawinan. Demikian pula di dalam kebudayaan Minangkabau tari Galombang memang selalu dikaitkan fungsi dan identitas estetisnya dengan upacara perkawinan. Tari Galombang itu sendiri adalah mengggambarkan gelombang kehidupan yang nantinya akan ditempuh oleh kedua pengantin dalm biduk rumah tangganya. Dengan demikian sesuai dengan pendapat Kurath tersebut, tari Galombang berfungsi untuk sarana perkawinan atau pernikahan. Fungsi Tari Galombang Berdasarkan Teori Shay Anthony V. Shay dalam disertasinya yang berjudul The Function of Dance in Human Society, membagi tari dalam 6 fungsi, yaitu 1 sebagai refleksi dari organisasi sosial, 2 sebagai sarana ekspresi sekuler serta ritual keagamaan, 3 psikologis, 5 sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis, dan 6 sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi. Jika ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Shay ini, maka tari Galombang dalam kebudayaan Minangkabau adalah sebagai refleksi organisasi sosial Minangkabau. Juga berfungsi sebagai ekspresi ritual keagamaan, hiburan, estetik, dan juga ekonomi. Sebagai refleksi organisasi sosial, jelas bahwa tari Galombang adalah ekspresi masyarakat yang matrilineal. Pada masyarakat yang seperti ini wanita mendapat peran yang cukup menonjol dan tidak menjadi kooptasi dari kaum pria sebagaimana dalam kebudayaan patrilineal. Selain itu, dalam tarian ini tercermin juga refleksi antara pihak pengantin wanita dan keluarganya serta pengantin pria dan keluarganya. Kedua kelompok ini bersinergi dalam mendukung dua insan dari mereka untuk membentuk rumah tangganya. Refleksi itu juga diwujudkan dengan terlibatnya baik penari perempuan maupun penari laki-laki dalam tarian ini. Dengan demikian, tari Galombang adalah refleksi dari kelompok-kelompok sosial di dalam kebudayaan Minahgkabau. FungsinTari Galombang Berdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono Sementara pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan Soedarsono membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu 1 kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu a fungsi tari sebagai sarana ritual, b fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan c fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan 2 kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian Narawati dan Soedarsoso, 2005 Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tari Galombang, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata pencaharian. Di dalam aktivitas tari Galombang, maka fungsi tari ini jelas sebagai sarana ritual, yang menjadi baagian penting dan diutamakan dalam setiap upacara memeriahkan perkawinan dalam kebudayaan Mianangkabau. tarian ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara adat perkawinan Minangkabau. Selain itu, dalam menarikan tarian ini setiap individu penari diperkenankan membuat gerakan-gerakan yang merupakan kreativitas pribadinya sekaligus sebagai ungkapan dirinya dalam seni. Selain itu di dalam tarian ini juga terkandung fungsi presentasi estetik, artinya melalui tarian ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakan- gerakan tari yang dipandang estetik menurut tata estetik Minangkabau. Namun demikian, tari ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana ekonomis atau mata pencaharian. Disadari atau tidak, walaupun bukan fungsi utama di dalam setiap kegiatan tari Galombang terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan ekonomis, biasanya berupa uang. Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari dalam rangka menari tari Galombang memerlukan dana yaitu untuk make up, sanggul, membeli pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam sebuah pesta perkawinan. Dengan demikian, fungsi tari Galobang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau memang kompleks juga. Ini dapat ditelisik melalui kaitan tari ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti, religi, ekonomi, estetik,
tari piring dan tari galombang diiringi musik